Melatih Anak Agar Percaya Diri
Melatih Anak Agar Percaya Diri merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 18 Ramadhan 1446 H / 18 Maret 2025 M.
Kajian Tentang Melatih Anak Agar Percaya Diri
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melatih mereka sejak usia dini untuk memiliki rasa percaya diri. Kepercayaan diri sangatlah penting, karena sering kali seseorang mengalami apa yang disebut dengan ajz (العجز) atau kelemahan mental. Mereka menjadi tidak memiliki nyali atau kepercayaan diri (lack of confidence), yang akhirnya menyebabkan mereka merasa tersisih dan tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini tentu akan merugikan diri mereka sendiri di masa depan.
Terdapat sebuah kisah yang menggambarkan pentingnya rasa percaya diri. Suatu ketika, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajukan sebuah pertanyaan tentang perumpamaan seorang Muslim. Beliau bersabda bahwa ada sebuah pohon yang menyerupai seorang Muslim—daunnya tidak gugur, dan pohon itu senantiasa memberikan manfaat dengan buahnya.
Orang-orang yang hadir pun mencoba menjawab dengan menyebutkan berbagai pohon yang ada di hutan, tetapi tidak ada satu pun jawaban yang tepat. Di antara yang hadir, ada Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, yang saat itu masih remaja. Ia sebenarnya mengetahui jawaban yang benar, yaitu pohon kurma (an-nakhlah – النخلة), tetapi karena merasa masih muda, ia segan dan tidak percaya diri untuk mengutarakannya. Maka, ia pun memilih diam.
Setelah majelis itu selesai, Abdullah bin Umar menceritakan kejadian tersebut kepada ayahnya, Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu. Ia berkata bahwa ia mengetahui jawaban yang benar, tetapi tidak berani mengatakannya. Mendengar hal itu, Umar bin Khattab menegurnya dengan berkata:
“Seandainya engkau menjawab pertanyaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu, tentu lebih aku sukai daripada ini dan itu.”
Teguran ini menunjukkan bagaimana Umar Radhiyallahu ‘Anhu memberikan motivasi dan arahan kepada putranya agar tidak merasa lemah atau kurang percaya diri. Ia mendorong Abdullah bin Umar untuk berani mengungkapkan pendapatnya ketika memiliki pengetahuan yang benar. Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri anak-anak dan remaja sejak dini.
Rasa percaya diri sangatlah penting, karena dengan itulah seseorang dapat memunculkan potensi yang ada dalam dirinya. Sebaliknya, seseorang yang kurang percaya diri cenderung menjadi pemalu—dalam arti negatif—yaitu malu yang membuatnya menyembunyikan kebaikan yang seharusnya ada dalam dirinya.
Mujahid Rahimahullah berkata:
لَا يَطْلُبُ الْعِلْمَ مُسْتَكْبِرٌ وَلَا مُسْتَحْيٍ
“Dua golongan yang tidak akan bisa menuntut ilmu: pertama, orang yang sombong (al-mustakbir – المستكبر), dan kedua, orang yang pemalu (al-mustahiy – المستحي).”
Orang yang sombong merasa dirinya sudah cukup tahu sehingga enggan belajar, sedangkan orang yang terlalu pemalu menjadi terhalang dari kebaikan karena ia takut bertanya dan takut mengungkapkan pendapatnya. Oleh karena itu, rasa percaya diri perlu ditanamkan dalam diri anak-anak sejak dini. Jangan sampai mental mereka dijatuhkan, sehingga mereka menjadi pribadi yang lemah (ajz – العجز), mudah menyerah, dan tidak berani mencoba hal-hal baru.
Sikap tidak percaya diri ini membawa dampak negatif, seperti:
- Mudah menyerah tanpa berusaha,
- Tidak berani mencoba sesuatu yang baru,
- Takut gagal sebelum berbuat,
- Tidak mampu memunculkan kebaikan dalam dirinya.
Hal ini tentu menjadi kerugian bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa memberikan motivasi kepada para sahabat agar mereka berani menampilkan sisi positif yang ada dalam diri mereka.
Beliau selalu berupaya menumbuhkan potensi baik dalam diri seseorang, terutama pada kalangan remaja. Jangan sampai kreativitas mereka dipadamkan dengan sikap yang membuat mereka kehilangan kepercayaan diri. Ada sebagian orang tua yang tidak pernah memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya, seolah-olah mereka tidak bisa melakukan apa pun. Akibatnya, anak pun tumbuh menjadi pribadi yang sangat bergantung kepada orang tua, bahkan merasa tidak bisa berbuat apa-apa tanpanya.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk terus menanamkan rasa percaya diri pada anak, agar mereka mampu berkembang dan menghadapi kehidupan dengan penuh keyakinan.
Sebagian orang tua terkadang terlalu berlebihan dalam mendukung anak-anak mereka (overprotective). Hal-hal kecil yang sebenarnya bisa ditangani oleh anak malah diambil alih sepenuhnya oleh orang tua. Ada orang tua yang berperan sebagai super Abi dan super Umi, di mana mereka menangani segala sesuatu sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk belajar dan mandiri. Akibatnya, anak menjadi tidak mengerti apa-apa, tidak bisa bekerja, dan tidak mampu berkarya.
Tugas utama orang tua bukanlah menangani segala urusan anak, tetapi menuntun mereka agar mampu berdiri di atas kaki sendiri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Hal inilah yang diinginkan oleh Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu ketika ia menyesalkan sikap putranya, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, yang tidak menjawab pertanyaan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam hanya karena malu dan segan, sebab ia merasa paling muda di majelis tersebut.
Para pemerhati remaja, sahabat-sahabat yang dimuliakan oleh Allah, ada beberapa langkah penting dalam membangun kepercayaan diri pada anak:
- Latih Anak Sejak Dini untuk Memiliki Rasa Percaya Diri
Kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, tetapi harus ditanamkan dan dilatih sejak dini. Anak yang percaya diri akan lebih berani menghadapi tantangan dan mampu mengembangkan potensinya dengan baik.
- Fokus pada Hal-hal Positif dan Perilaku Baik
Sebagai orang tua dan pendidik, penting untuk lebih memperhatikan aspek-aspek positif dalam diri anak, menggali potensinya, serta memberikan motivasi atas setiap usahanya. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam mengajarkan agar seseorang lebih melihat kebaikan daripada mencari-cari kekurangan orang lain.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda:
يُبْصِرُ أَحَدُكُمُ الْقَذَاةَ فِي عَيْنِ أَخِيهِ، وَيَنْسَى الْجِذْلَ، أَوِ الْجِذْعَ، فِي عَيْنِ نَفْسِهِ.
“Salah seorang di antara kalian melihat debu kecil di mata saudaranya, tetapi ia lupa akan balok besar di matanya sendiri.” (HR. Ibnu Hibban)
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55033-melatih-anak-agar-percaya-diri/